BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat, istilah anak luar biasa yang kini disebut sebagai anak berkebutuhan
khusus masih disalah tafsirkan, yaitu anak luar biasa selalu diartikan sebagai
anak yang berkemampuan unggul atau berprestasi luar biasa. Padahal pengertian
anak luar biasa juga mengacu kepada pengertian yaitu anak yang mengalami
kelainan atau ketunaan, baik pada satu macam kelainan atau lebih dari satu
kelainan jenis kelainan.
Anak yang berkebutuhan khusus secara
umum dikenal masyarakat umum sebagai anak luar biasa. Diharapkan dengan
mempelajari Kasus Anak Berkebutuhan Khusus kita bisa mengetahui pengertian anak
luar biasa, klasifikasi anak luar biasa, Contoh-contohnya, Progam Pendidikan,
Kurikulum Pendidikan dan Cara menangani
Kasus Anak Berkebutuhan Khusus.
Berdasarkan sejarah perkembangan pandangan masyarakat
terhadap anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) maka dapat dicatat bahwa kebutuhan
anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarganya masih banyak yang terabaikan
selama bertahun-tahun hingga saat ini. Sejarah juga mencatat bagaimana
tanggapan sebagian besar masyarakat terhadap keberadaan anak-anak tersebut dan
keluarganya. Sebagian besar masyarakat masih ada yang
menganggap kecacatan atau kelainan yang disandang oleh anak berkebutuhan khusus
sebagai kutukan, penyakit menular, gila, dan lain-lain. Akibat dari itu maka
ABK dan keluarga ada yang dikucilkan oleh masyarakatnya. Ada diantara ABK
sendiri yang menarik diri tidak mau berbaur dengan masyarakat karena merasa
cemas dan terancam.
Sehingga persoalan yang dihadapi oleh
anak berkebutuhan khusus menjadi semakin bertumpuk-tumpuk. ABK tidak hanya
harus mengatasi hambatan yang muncul dari dirinya sendiri, ia harus menghadapi
pula berbagai tantangan atau rintangan yang datangnya dari lingkungan. Di satu
sisi, ABK berupaya memenuhi kebutuhannya, sedangkan lingkungan sering tidak
dapat memberikan peluang bagi ABK untuk dapat tumbuh serta berkembang sesuai
dengan kondisinya itu. Maka tidak sedikit ABK tidak mencapai perkembangan yang
optimal.
Semakin bertambahnya permasalahan
membuat ABK menjadi kelompok yang rentan “terpinggirkan” dari kehidupan social,
poolitik, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Seolah-olah mereka bukan bagian dari
anggota masnyarakat dan dianggap tidak membutuhkan hal tersebut. Sejatinya, ABK
adalah anggota masyarakat juga, sama-sama makhluk tuhan yang membutuhkan banyak
hal sebagaimana manusia lainnya agar mampu mengisi kehidupannya secara mandiri
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Berdasarkan keadaan sebagaimana
dipaparkan di atas maka ABK membutuhkan “alat” agar dirinya mampu mengatasi
hambatan yang dialaminya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Alat itu diantaranya adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan
diharapakan ABK memperoleh bekal hidup dan mencapai perkembangan yang optimal.
Namun, dengan menumpukknya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh ABK,
tidaklah cukup melalui pendidikan dengan proses belajar mengajar di kelas. ABK
juga butuh layanan yang mendukung kepada keberhasilan belajar dan layanan yang
memandirikan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Layanan itu adalah
bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak
Berkebutuhan Khusus
Anak yang berkebutuhan khusus secara
umum dikenal masyarakat umum sebagai anak luar biasa. Maka terlebih dahulu
dibahas tentang hakekat anak luar biasa. Dalam percakapan sehari-hari orang
yang dijuluki sebagai “orang luar biasa” ialah mereka yang memiliki kelebihan
yang luar biasa, misalnya orang terkenal karena memiliki kemampuan intelektual
yang luar biasa, memiliki kreativitas yang tinggi dalam melahirkan suatu
temuan-temuan yang luar biasa di bidang IPTEK, religius, dan bidang-bidang
kehidupan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat, dan orang yang mencapai
prestasi yang mnghebohkan dan
spektakuler, misalnya orang yang berhasil menaklukkan gunung tertinggi didunia,
dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa
juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau
mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak dialami orang normal
pada umumnya. Kelainan atau kekurangan yang dimiliki oleh mereka ynga disebut
luar biasa dapat berupa kelainan dari segi fisik, psikis, sosial dan moral.
Kelainan dari segi fisik dapat berupa kecacatan fisik,
misalnya orang tidak memiliki kaki sebelah kiri, matanya buta sebelah, dan
sejenisnya. Kelainan dari segi psikis, atau aspek kejiwaan (psikologis,
misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari intelegensi
yang dimiliki dibawah normal) (Abdul Hadis, 2006 : 4-5).
Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut
sebagai anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan
dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara
sempurna. ( Hallahan dan Kauffman, 1986 dalam Abdul Hadis, 2006 : 5-6). Anak
luar biasa disebut anak yang berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan, layanan pendidikan,
layang sosial, layanan bimbingan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya
yang bersifat khusus.
B. Contoh Anak
Berkebutuhan Khusus
1. Lemah mental,
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: ringan dengan IQ 50-70, sedang dengan IQ 35-49,
dan berat dengan IQ 20-34.
2. Kretinisme,
yaitu keadaan jasmani dengan tanda badannya cebol, kulit muka dan badan tebal
berlipat-lipat, muka menggembung, dan tampak bodoh. Lidahnya menjulur keluar
dan dahinya penuh dengan rambut. Anak kretin ini biasanya mulai berjalan dan
berbicara lebih lambat daripada anak normal, umur mentalnya hanya mencapai umur
mental 3-4 tahun, sehingga dapat dikategorikan lemah mental berat. (Juntika
Nurichsan dan Mubiar Agustin, 201,hlm: 49)
3. Orang tua yang
bertengkar, anak-anak yang terlantar seharusnya anak-anaklah yang menjadi pusat
perhatian. Bukan sebaliknya, malah di abaikan. Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya anak memerlukan dan bimbingan utama dari orang tua agar
terbentuk kepribadian yang utuh dan kuat. Dalam mengarungi perjalanan hidup
mencapai jenjang kedewasaan, anak memerlukan teladan dari orang tua. Bagi anak,
orang tua adalah pendidik utama, guru yang sejati. Jangan mengharapakan apa-apa
dari anak, kalau orang tua tidak mau turun tangan sendiri sebagai pendidik
utama. (M.Imran Pohan, 1986, hlm: 173) .
4. ADHD yaitu
gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Jika hal ini terjadi pada
seorang anak dapat menyebabkan berbagai kesulitan belajar, kesulitan
berperilaku, kesulitan sosial, dan kesulitan-kesulitan lain yang kait mengait.
C. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
I.
GIFTED
CHILDREN
Anak gifted merupakan anak yang mempunyai kekhususan yaitu
seorang anak yang luar biasa cerdas. Dengan kata lain ia anak cerdas istimewa (gifted
child). Anak gifted juga disebut anak indigo karena dia memiliki instuisi
yang tajam dan bisa melihat sesuatu yang akan terjadi. Selain itu, dalam
keseharian mereka juga memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa dan mereka
juga tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Sehingga, sering kali orang
dewasa menganggap anak indigo sebagai anak yang menderita ‘kelainan’. Sehingga
hal tersebut sering kali menyebabkan anak-anak gifted balita mendapatkan
kekeliruan diagnosa seperti autisme, maupun gangguan belajar (learning
disabilities).
Sebenarnya kondisi atau keadaan yang dialami oleh anak
gifted ini merupakan suatu keadaan yang seharusnya membuat bangga dan diidamkan
bagi para orang tua. Karena mempunyai anak yang luar biasa cerdas. Namun hanya
sebagian kecil orang tua yang mengetahui dan mampu memahami potensi tersebut.
Selain itu, dalam banyak kasus justru muncul kendala yang dihadapi oleh anak
gifted, yakni berupa permasalahan:
Pertama,
anak gifted biasanya memiliki problem dalam membina hubungan dengan teman.
Karena kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan berpikir yang bagus, sehingga
tidak jarang teman sebayanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
mengimbangi pembicaraan dengan anak ini.
Kedua,
kurang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarnya, karena mereka
cenderung mandiri dan sulit untuk merasa nyaman dengan keadaan yang ada.
Sehingga, yang harus dilakukan orang tua untuk pertama
kalinya adalah menerima keadaan anak seutuhnya. Yang tidak kalah pentingnya
adalah melibatkan anak gifted/indigo pada berbagai kegiatan yang mengarah pada
kerjasama dalam kelompok. Hal itu akan lebih menyeimbangkan antara kerja IQ
anak gifted/indigo yang tinggi dengan hubungan sosial bersama lingkungan.
Dengan terlibat pada kerjasama dalam kelompok, anak akan mencoba beradaptasi
dengan lingkungannya.
Selain itu, identifikasi lebih awal terhadap anak gifted
sangat disarankan karena anak-anak ini memerlukan penanganan atau intervensi
sedini mungkin, agar tidak menghambat perkembangannya terutama dalam aspek sosial
dan emosi. Orangtua diharapkan mengkomunikasikan hal ini dengan guru
sekolahnya, atau dapat berkonsultasi langsung dengan para pakar pendidikan atau
psikolog. Karena secara global pengasuhan dan pendidikan anak-anak masa kini
cenderung semakin rumit, menuntut guru semakin profesional dan menuntut orang
tua untuk semakin turut berperan serta dalam proses pendidikan anaknya. Karena
kerja sama yang baik antara orang tua dan guru dalam mendampingi anak
gifted/indigo, besar artinya bagi pertumbuhan anak.
Dalam berbagai literatur sering
disebutkan bahwa yang termasuk gifted children adalah anak-anak yang:
a)
Memiliki skor IQ 140 atau lebih diukur dengan instrument
Stanford Binet (general intellectual ability).
b)
Mempunyai kemampuan tinggi dalam problem solving, kreatifitas
tinggi dan produktif.
c)
Memiliki keunggulan dibidang
akademik/seni/sastra/verbal/etetika/sport/sosial.
d)
Memiliki kemampuan kepemimpinan yang teliti dan visioner.
dan seterusnya. Sebenarnya segala kelebihan itu bukan satu-satunya ciri anak
gifted. Anak-anak berbakat seringkali justru menjadi anak-anak yang sukar
dimengerti, susah diatur, keras kepala, terlalu eksploratif, bahkan ada yang
mengalami gejala telat bicara. Mereka butuh dimengerti, karena bakat mereka
membuat mereka punya kemampuan dan cara berbeda untuk belajar dan mengembangkan
diri. Dalam beberapa kasus, anak-anak berbakat sering disalah golongkan menjadi
anak Hiperaktif, anak Autis
bahkan - seperti dalam kasus Albert Einstein - ia dikategorikan sebagai idiot
oleh guru sekolah dasarnya, dan disarankan untuk keluar sekolah normal.
Kesalahan penggolongan itu bisa sangat membahayakan masa depan anak jika tidak
diperbaiki. Anak anak ini termasuk anak spesial, yang membutuhkan penanganan
spesial untuk mengeluarkan potensinya.
II.
SINDROM DOWN
Pengertian
Sindrom Down
Sindrom down adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Down Syndrom (Down syndrome)
adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas
q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup
khas.
Kromosom adalah merupakan
serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia
dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang.
Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom
semasa konsepsi. Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur
muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup yang
singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan dengan jumlah 46
kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21).
Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan
kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah 47
kromosom.Keadaan ini boleh melibatkan kedua-dua jantina (lelaki dan perempuan).
Kelainan yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada
tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti
tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan
yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini
dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah
yang sama.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun
harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki
risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak
bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih
tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua
usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa
dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara
pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada
kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada
kehamilan 14-16 minggu.
Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan
metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap
perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari
sistem penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah. Dengan demikian
penderita harus mendapatkan dukungan maupun informasi yang cukup serta
kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan
kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya
dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat
sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan
pada jantung tersebut.
Dengan adanya leukemia akut
menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini
memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
Menurut penelitian, down syndrome
menimpa satu di antara 700 kelahiran hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran
bayi. Diperkirakan saat ini terdapat empat juta penderita down syndrome di
seluruh dunia, dan 300 ribu kasusnya terjadi di Indonesia. Analisis baru
menunjukkan bahwa dewasa ini lebih banyak bayi dilahirkan dengandown syndrome
dibanding 15 tahun lalu. Karena merupakan suatu kelainan yang tersering
yang tidak letal pada suatu kondisi trisomi, maka skrining genetik dan protokol
testing menjadi fokus dibidang obstetri. Kelainan mayor yang sering berhubungan
adalah kelainan jantung 30-40%. atresia gastrointestinal, leukimia dan penyakit
tiroid. IQ berkisar 25-50.Insidensnya pada Wanita yang hamil diatas usia 35 th
meningkat dengan cepat menjadi 1 diantara 250 kelahiran bayi. Diatas 40 th
semakin meningkat lagi, 1 diantara 69 kelahiran bayi.
Faktor
Resiko dan Penyebab
Penyebab yang spesifik belum
diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko
tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi
translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Bagi
ibu-ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih
tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down
syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh “non-dysjunction”
kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara
mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.
Di kalangan 5 % lagi, kanak-kanak
down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan “Translocation“.
Keadaan ini biasanya berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14
kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal iaitu 23 pasang atau jumlah
kesemuanya 46 kromosom. Mekanisme ini biasanya berlaku pada ibu-ibu di
peringkat umur yang lebih muda. Sebahagian kecil down syndrom disebabkan oleh
mekanisma yang dinamakan “mosaic”.
Manifestasi klinis
Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat
bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai
muncul tanda yang khas.
·
Penderita dengan tanda khas sangat
mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk
kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala mendatar.
·
Sifat pada kepala, muka dan leher :
Mereka mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol.
·
Pada bagian wajah biasanya tampak
sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya kemek. Jarak diantara 2 mata jauh dan
berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah
yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah
yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gigi lambat
dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala biasanya lebih
kecil dan agak lebar dari bahagian depan ke belakang. Lehernya agak
pendek.
·
Seringkali mata menjadi sipit dengan
sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds) (80%),
white Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar iris
mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak
(2%), dan retinal detachment.
·
Gangguan penglihatan karena adanya
perubahan pada lensa dan kornea
·
Manifestasi mulut : gangguan
engunyah menelan dan bicara. scrotal tongue, rahang atas kecil
(hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuha gigi, hypodontia, juvenile
periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing
·
Hypogenitalism (penis0, scrotum, dan
testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan perkembangan
pubertas
·
Manifestasi kulit : kulit lembut,
kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis (50%), palmoplantar
hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%), Premature wrinkling
of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria infections, fungal
infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans
serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis
·
Tanda klinis pada bagian tubuh
lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara
jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
·
Sementara itu lapisan kulit biasanya
tampak keriput (dermatoglyphics).
·
Kelainan kromosom ini juga bisa
menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.Pada
bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. kelainan
ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat.
Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti
Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang diantara bilik jantung
kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung berlubang diantara
atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur ateriosis yang
berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-kanak down syndrom boleh
mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan (cynotic spell) dan susah
bernafas.
·
Pada sistim pencernaan dapat ditemui
kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau
duodenum (duodenal atresia).
·
Saluran esofagus yang tidak terbuka
(atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di bahagian tertentu esofagus.
Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur 1 – 2 hari dimana bayi mengalami
masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil duodenum yang tidak terbuka
penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem
saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah
pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan
susah untuk buang air besar. Saluran usus rectum atau bagian usus yang
paling akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung atau penyempitan yang
dinamakan “Hirshprung Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak
normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua
dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang
air besar Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut
biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun
harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki
risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
·
Sifat pada tangan dan lengan :
Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka mempunyai jari-jari yang
pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tangan mereka biasanya
hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
·
Tampilan kaki : Kaki agak
pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak jauh terpisah
dan tapak kaki.
·
Tampilan klinis otot :
mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi lembik dan menghadapi
masalah lewat dalam perkembangan motor kasar. Masalah-masalah yang berkaitan
Kanak-kanak down syndrom mungkin mengalami masalah kelainan organ-organ dalam
terutama sekali jantung dan usus.
·
Down syndrom mungkin mengalami
masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon tairoid. Masalah ini berlaku di
kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
·
Down syndrom mempunyai
ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher yang menyebabkan
berlakunya penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini berlaku di
kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
·
Sebagian kecil mereka mempunyai
risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu leukimia.
·
Pada otak penderita sindrom Down,
ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.
III.
CEREBRAL PALSY
Pengertian Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di
definisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif,sering disertai
dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat
dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang.
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang
disebabkan oleh abnormalitas system motor piramida (motor kortek,basal ganglia
dan otak kecil)yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada
serangan awal.
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan
tidak progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama
hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan sebelum juga
kelainan mental.
Cerebral palsy ialah suatu gangguan atau kelainan yang
terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak,mengenai sel-sel motorik
didalam susunan saraf pusat,bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan
atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Cerebral palsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf
lainnya.
Penyebab
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode
yaitu:
1.
Pranatal :
a. Malformasi kongenital.
Infeksi dalam kandungan yang dapat
menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis,
sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya).
b.
Radiasi sinar
X.
c.
Toksemia gravidarum.
d.
Asfiksia dalam kandungan
(misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat
yang abnormal).
e. Keracunan kehamilan dapat menimbulkan serebral palsi.
f. gangguan pertumbuhan otak
2. Natal :
a. Anoksia/hipoksia.
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa
perinatal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya
anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal,
disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta,
partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
b. Perdarahan otak.
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi
bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang
mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah
sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan
menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di
ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan
spastis.
c. Trauma lahir, misalnya perdarahan subdural
d.
Prematuritas.
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan
menderita pendarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan,
karena pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum
sempurna.
e. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke
ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
f. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi
bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa
berupa palsi serebral.
3. Postnatal :
a.
Trauma kapitis.
b.
Infeksi
misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis,
ensefalomielitis.
c.
Kern icterus.
Beberapa penelitian menyebutkan faktor
prenatal dan perinatal lebih berperan daripada faktor pascanatal. Studi oleh
Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah,
asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital,
toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa
gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang
menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan.
Sedang faktor pasca natal mulai dari
bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun
kehidupan (Blair dan Stanley, 1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod,
1964).
Manifestasi Klinis
1.
Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan
refleks yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski yang positif. Tonus
otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam
keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan
otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan terjadi
kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan
pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi
ibu jari melintang di telapak tangan.
Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada
sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke
dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya.
Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan
spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia/
monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak
lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/ hemiparesis adalah kelumpuhan lengan
dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/ diparesis adalah kelumpuhan keempat
anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan; tetraplegia/
tetraparesis adalah kelimpuhan keempat anggota gerak, lengan lebih atau sama
hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
Golongan spastitis ini meliputi / 3 – ¾
penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak
dan besarnya kerusakan, yaitu:
a.
Monoplegia/
Monoparesis
Kelumpuhan
keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang
lainnya.
b.
Hemiplegia/
Diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak
yang sama.
c.
Diplegia/
Diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,
tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan.
d.
Tetraplegia/ Tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,
tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
2.
Tonus otot yang
berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan
pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga
tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah
terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan
berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila
dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks
otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah refelek
neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang
otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
3.
Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal
dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement).
Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan
tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot.
Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia
basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus.
4.
Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi.
Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang
lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk. Mulai
berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan
terletak diserebelum.
5.
Gangguan
pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral
palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nadi tinggi,
sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
6.
Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran
atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan lidah
menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk
kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7.
Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa
strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan asfiksia yang berat
dapat terjadi katarak.
8.
Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia,
kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat
flaksid, spastik atau campuran.
9.
Gerakan
involunter
Dapat berbentuk atetosis,
khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas,
atau campuran.
10. Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
11. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira
pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis,
diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi
mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga
terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki
bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota
gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya
gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat
dipengaruhi secara positif.
12. Problem emosional terutama pada saat remaja.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Karakteristik
anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan
fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri,
kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk mengetahui secara
jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining
atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri
peserta didik bersangkutan.Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran,
sudah dipikirkan mengenai : intervensi pembelajaran yang dianggap cocok. Asesmen
di sini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap
didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, pengamatan yang
sensitif.
Adanya
perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan
memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan berkaitan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar,
berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada
keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah
pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam
menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu menjadi
sebuah program pembelajaran individual.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan
Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.
Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau
dari Aspek Neurologi. Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada
tanggal 06 Oktober 2013)
Way. 2008. Serebral Palsi (cerebral Palsy) (CP).
Available from: http://Way_Learning.blogspot.com. (Diunduh pada tanggal 06 Oktober 2013)